Minggu, 10 Maret 2013

menentukan hari baik


Semua hari, baik adanya, itu kata pak ustad yang aku ingat sewaktu mengikuti majelis taklim di lingkungan RT tempat tinggalku, tapi tidak untuk  sebagian orang. Baru - baru ini salah seorang adik iparku mau pindah,  menempati rumah barunya dan sebagai kakak tentu saya membantu. Namun ada yang saya tolak sewaktu adik ipar ini meminta saya untuk mencari “orang pintar” guna menanyakan hari apakah yang terbaik untuk mereka pindah. Saya menolak karena saya tak pernah memakai meski sudah berkali kali pindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Akhirnya adik ipar ini menemui salah seorang yang dianggap pintar. Dan pada hari yang ditentukan oleh orang pintar itu, adik iparkupun pindah dengan syarat-syarat tertentu seperti membawa air dan tanah dari kediaman sebelumnya, harus tepat jamnya dan keluar dari rumah secara bersama-sama seisi rumah yang akan ikut pindah.
Mencari hari baik rupanya bukan hanya terjadi pada saat seseorang akan pindah tempat, ada banyak orang mencari hari baik untuk maksud tertentu seperti memulai berdagang, berpergian dan lain -lain. Namun ada kejadian yang sebenarnya membuat saya harus mengerutkan dahi tatkala seorang saudara membeli sepeda motor. Setelah selesai bertransaksi atas sebuah motor matic, saudara -sebut saja Ina- pergi menemui orang pintar untuk menanyakan hari baik guna membawa pulang motor tersebut. Orang pintar itu menganjurkan untuk membawa pulang pada hari Sabtu Kliwon, padahal hari itu -saat pembelian motor- hari Kamis Pon, yang berarti untuk membawa pulang motor itu masih menunggu tiga hari lagi. Ina tentu menurut saja  apa yang disarankan orang pintar itu, lalu dia menitipkan motor yang sudah lunas dia bayar pada seorang tetangganya agar bisa diambil pada hari Sabtu Kliwon. Tiba hari pengambilan motor, Ina sudah menyiapkan syarat yang ditentukan, air bunga seember besar karena  dia harus memandikan motor tersebut dengan air bunga sebelum dibawa masuk rumahnya.
Fenomena mencari hari baik sepertinya sudah menjadi kepercayaan banyak orang di sekitarku. meski kadang terlihat tidak masuk akal, toh mereka sangat mempercayai dan melaksanakan semua “ritual” itu dengan sungguh-sungguh. Mereka percaya jika tidak memakai hari baik dengan syarat-syarat tertentu itu bisa mencelakai kehidupan mereka. misalnya pindah rumah tidak memakai hari baik, rumah tangga mereka tidak akan tentram, rumah banyak penghuni ghaibnya dan lain-lain. Dan untuk Ina, dia percaya jika memakai hari baik, niscaya dia berkendara tidak akan mengalami kecelakaan atau bernasib sial dengan motor tersebut.
Dan untuk sebagian orang -termasuk saya , mungkin tidak perlu memakai hari baik untuk menentukan permulaan satu kegiatan. Semua pasrahkan saja pada Yang Maha Pencipta, dengan doa dan niat yang tulus ikhlas itu sudah cukup. Saya sudah berkali-kali pindah tempat, berkali-kali ganti kendaraan tapi Alhamdulillah semua lancar, bila ada sesuatu musibah menimpa keluarga, saya mempercayai bahwa itu sudah takdir dan bukan dari hal lain diluar kekuasaan Allah. Kita punya Tuhan yang sudah merencanakan kehidupan kita dengan secermat dan sebaik mungki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar